Jumat, 30 Januari 2015
Menilik Asal "Fortune Cookies"
Saat mengonsumsi fortune cookies biasanya yang diincar bukan rasa, tapi apa yang tertulis di kertas yang dimasukkan ke dalamnya. Kue yang dipercaya berisi ramalan jitu dan membawa keberuntungan ini biasanya disajikan di kedai-kedai masakan Tiongkok di Amerika Serikat.
Banyak orang menganggap kalau fortune cookies berasal dari Tiongkok. Tapi ternyata kue renyah ini berasal dari Jepang. Di Jepang, fortune cookies dikenal dengan banyak nama, antara lain Tsujiura Senbei, Omikuji Senbei dan Suzu Senbei. Saat ini di Kyoto masih ada toko kue keluarga yang membuat fortune cookies menggunakan tangan, yaitu Fushimi Inari Shrine.
Yasuke Nakamachi, seorang ahli sejarah Jepang, mengungkap kalau ada bukti sejarah fortune cookies berasal dari Jepang. Salah satunya adalah kedai kue di Kyoto yang sampai saat ini masih membuat fortune cookies. Lalu, terdapat gambar dari 1878 yang memperlihatkan seorang pria sedang membuat fortune cookies.
Kuliner ini kemudian populer di Amerika Serikat ternyata karena dipopulerkan oleh warga Tiongkok. Pada akhir 1950-an, diperkirakan 250 juta fortune cookies diproduksi setiap tahun oleh pabrik kue. Salah satu yang terbesar adalah pabrik Lotus Fortune di San Francisco, yang pendirinya, Edward Louie, menemukan mesin pencetak fortune cookies.
Sampai sekarang, fortune cookies masih sangat diminati di Amerika Serikat. Kue ini bisa dibilang melalui perjalanan panjang. Ditemukan di Jepang, dipopulerkan oleh warga Tiongkok dan digilai masyarakat Amerika Serikat.
Penulis: Mutia Nugraheni/MUT - Beritasatu
Sumber:Pop Sugar
Rabu, 28 Januari 2015
Pembuat Warangka Keris Disebut Mranggi
Pembuat warangka keris |
Setiap jenis pekerjaan di masyarakat Jawa ada namanya. Begitu pula dengan pembuat sarung keris atau warangka. Masyarakat Jawa menamakan pembuat warangka dengan sebutan mranggi. Sementara pembuat keris disebut empu. Jadi ada perbedaan antara pembuat keris dengan warangkanya. Orang yang ahli membuat warangka sebenarnya pantas disebut empu mranggi. Namun penyebutan tersebut tidak lazim.
Bambang Harsrinuksmo di bukunya berjudul Ensiklopedi Keris (2004) pada halaman 521 menguraikan bahwa ada beberapa nama mranggi terkenal dari wilayah Surakarta dan Yogyakarta masa lalu, di antara adalah Nayawirangka atau Atmacendana, Prodjowirongko, dan Darmowirongko (ketiganya dari Surakarta, sudah almarhum), serta Asmopawiro (dari Yogyakarta, juga sudah wafat).
Selanjutnya Bambang menguraikan bahwa pembuat warangka atau mranggi disebut profesional atau ahli apabila tidak hanya terampil dan cermat membuat warangka keris, tetapi juga mahir dalam membaca karakter orang yang hendak memesan warangka keris. Jadi tidak asal membuat saja. Hal itu dimaksudkan untuk dapat menentukan wanda warangka yang akan dibuatnya.
Warangka keris |
Selain itu, mranggi juga harus pandai menentukan kualitas kayu yang hendak dijadikan warangka. Kualitas kayu yang baik bisa ditentukan oleh mranggi, apabila ia tahu bahwa kayu tersebut terhindar dari berbagai cacat, seperti retak, pecah, berlubang, atau busuk di dalamnya. Mranggi juga harus tahu cara memotong kayu bahan warangka pelet kendit (pola gambar yang berupa garis coklat tua kehitaman atau putih, melintang mendatar pada permukaan warangka atau ukiran), sehingga pelet kendit itu dapat tampil di permukaan sisi depan warangka secara optimal.
Suwandi - Tembi Rumah Budaya
Rabu, 21 Januari 2015
Cerita di Balik 4 Bahan Masakan Termahal di Dunia
Hasil masakan yang nikmat bukan hanya bergantung dari teknik mengolahnya, tapi juga kualitas bahan-bahannya. Untuk mendapat bahan kuliner yang berkualitas tentu ada harga yang harus dibayar.
Beberapa bahan kuliner bahkan memiliki harga selangit. Tapi harga tersebut sepadan dengan kualitas dan prosesnya yang memakan waktu lama. Anda ingin tahu apa saja bahan masakan termahal di dunia? Berikut daftarnya.
1. Aceto Balsamico
Cuka tradisional asli Italia atau aceto balsamico terbuat dari hasil panen anggur Trebbiano putih terakhir. Anggur ini direbus dengan suhu tertentu hingga terbentuk konsentrat. Cairan tersebut kemudian ditempatkan dalam serangkaian barel tertutup kain, sehingga air menguap dari waktu ke waktu sampai cairan berubah menjadi sirup kental, gelap, manis, dan dengan rasa yang kompleks.
Pembuatannya memakan waktu minumum 12 tahun dan rasa paling nikmat adalah cuka yang berusia 25 tahun. Produk harus dibuat dengan standar ketat di provinsi Modena atau Reggio Emilia Italia. Sebelum dikemas dalam botol per 100 mililiter, cuka ini harus melalui kontrol konsorsium di daerah tersebut. Harganya US$ 200 atau Rp 2.500.000 per 100 mililiter.
2. Jamon Iberico de Bellota
Jamon Iberico de bellota adalah olahan kaki babi yang diternakkan di hutan ek tua di bagian barat Spanyol. Babi-babi tersebut hanya mengonsumsi biji-bijian, jamur liar, dan rumput di area tersebut. Hal ini untuk menghasilkan daging yang kaya rasa dan rendah lemak jenuh. Bagian kaki babi kemudian diawetkan dengan cara tradisional. Harga kaki babi ini US$ 1.300 atau Rp 16.400.000 per 6,8 kilogram.
3. Saffron
Berasal dari bunga, Saffron merupakan rempah termahal di dunia. Tumbuhan ini tumbuh subur hanya di wilayah Mediterania dan Timur Tengah. Sebelum dikemas, rempah ini dinilai kualitasnya oleh Badan Standarisasi Internasional (ISO) yang berbasis di Swiss. Peringkatnya mulai dari 0 hingga 250, tergantung warna, aroma dan rasa. Untuk Saffron kualitas terbaik harganya US$ 30 atau Rp 370.000 per gram.
Mengapa harga Saffron sangat mahal? Ternyata ada proses yang rumit untuk mendapatkannya. Dibutuhkan banyak pekerja untuk memetiknya secara hati-hati. Bunga dibersihkan, disortir benang-benangnya untuk kemudian dipanggang. Dibutuhkan area seluas lapangan sepakbola hanya untuk memproduksi 1 pon bunga Saffron, yang harus dipetik segera setelah mekar.
4. Sarang burung walet
Sarang burung walet sering dijadikan olahan sup. Harganya memang sangat mahal, terutama jika sarang tersebut hanya diambil dari satu burung saja. Sarang tersebut terbuat dari air liur burung dan dipercaya mengandung nutrisi tinggi. Biasanya sarang-sarang banyak ditemui di gua-gua yang berada di wilayah Asia Tenggara, seperti Indonesia dan Malaysia.
Tapi kini ada juga pebisnis yang sengaja membuat ruangan untuk dijadikan sarang burung walet. Saat sarang sudah cukup banyak akan lebih mudah diambil dan langsung dijual. Harga sarang burung ini sekitar US$ 1.000 atau Rp 12.500.000 per 0,5 kilogram. Dibutuhkan waktu hingga dua bulan untuk burung walet jantan membangun sarang halus dari air liurnya. Setiap burung akan membangun hanya dua sampai tiga sarang per tahun, dan ini dilakukan hanya pada musim semi.
Penulis: Mutia Nugraheni/MUT - beritasatu
Selasa, 06 Januari 2015
Gelang Balian : Pelengkap Ritual Pengobatan Suku Dayak
Gelang balian |
Salah satu jenis aksesoris yang biasa digunakan wanita sebagai pelengkap berbusana sehari-hari yaitu gelang. Dalam tradisi Suku Dayak, gelang selain sebagai aksesoris pemanis bisa juga digunakan sebagai pelengkap ritual pengobatan yang digunakan oleh dukun pengobat yang biasanya disebut balian.
Kerja balian dalam mengobati pasien disebut manatamba atau batutulung. Dalam upacara batutulung orang yang sakit diletakkan membujur, dan selama siang malam sang balian batandik (menari setengah loncat) mengelilingi orang sakit sampai akhirnya orang itu sembuh. Sebutan balian bisa digunakan untuk perempuan ataupun laki-laki.
Gelang balian kuno |
Gelang balian ini terbuat dari perunggu, bentuknya bulat melingkar dan cukup berat. Gelang ini biasa disebut gelang hiyang ( dewa ) dan apabila dibunyikan dipercaya dapat memanggil roh-roh dewa dan leluhur selama ritual pengobatan berjalan.
Pemakaian gelang balian |
Gelang ini dipasang di pergelangan tangan dengan jumlah genap yang sama atau lebih, sehingga apabila tangan dihentakkan atau digoyang akan terjadi benturan dan menghasilkan suara yang cukup nyaring. Pemakaian jumlah gelang di tangan menunjukkan tingkat kesaktian balian tersebut. Jika dia memakai gelang sebanyak 3 buah berarti tingkat kesaktiannya sudah level tertinggi, yang juga bisa dilihat dari kelihaiannya menari dan membunyikan gelang pada saat bersamaan yang memang tidak mudah untuk dilakukan.
Naskah dan Foto : Beatrix R Imelda
Bersumber dari : Hugo M Satyapara - Tembi Rumah Budaya
Langganan:
Postingan (Atom)