Rabu, 28 Januari 2015

Pembuat Warangka Keris Disebut Mranggi

Pembuat warangka keris
Setiap jenis pekerjaan di masyarakat Jawa ada namanya. Begitu pula dengan pembuat sarung keris atau warangka. Masyarakat Jawa menamakan pembuat warangka dengan sebutan mranggi. Sementara pembuat keris disebut empu. Jadi ada perbedaan antara pembuat keris dengan warangkanya. Orang yang ahli membuat warangka sebenarnya pantas disebut empu mranggi. Namun penyebutan tersebut tidak lazim.

Bambang Harsrinuksmo di bukunya berjudul Ensiklopedi Keris (2004) pada halaman 521 menguraikan bahwa ada beberapa nama mranggi terkenal dari wilayah Surakarta dan Yogyakarta masa lalu, di antara adalah Nayawirangka atau Atmacendana, Prodjowirongko, dan Darmowirongko (ketiganya dari Surakarta, sudah almarhum), serta Asmopawiro (dari Yogyakarta, juga sudah wafat).

Selanjutnya Bambang menguraikan bahwa pembuat warangka atau mranggi disebut profesional atau ahli apabila tidak hanya terampil dan cermat membuat warangka keris, tetapi juga mahir dalam membaca karakter orang yang hendak memesan warangka keris. Jadi tidak asal membuat saja. Hal itu dimaksudkan untuk dapat menentukan wanda warangka yang akan dibuatnya.

Warangka keris

Selain itu, mranggi juga harus pandai menentukan kualitas kayu yang hendak dijadikan warangka. Kualitas kayu yang baik bisa ditentukan oleh mranggi, apabila ia tahu bahwa kayu tersebut terhindar dari berbagai cacat, seperti retak, pecah, berlubang, atau busuk di dalamnya. Mranggi juga harus tahu cara memotong kayu bahan warangka pelet kendit (pola gambar yang berupa garis coklat tua kehitaman atau putih, melintang mendatar pada permukaan warangka atau ukiran), sehingga pelet kendit itu dapat tampil di permukaan sisi depan warangka secara optimal.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar